5 BLACK CASTLES

Yonika

Pada tahun 1963, seorang astronom AS yang bernama Gail Smith menyatakan bahwa ada gumpalan awan raksasa berupa gas hidrogen dalam volume yang sangat besar tengah melesat mendekati piringan Galaksi Bima Sakti[1]. Diperkirakan jika dilihat dari bumi, lebar gumpalan awan yang disebut ‘kabut monster’ tersebut 30 kali lebar Bulan.

Jika terjadi tabrakan, akibatnya bisa fatal. Tabrakan tersebut bisa memicu lahirnya formasi bintang-bintang baru. Bahkan tidak sedikit dari bintang-bintang tersebut meledak lalu menghasilkan supernova yang bisa memancarkan cahaya menyilaukan.

***

2012 adalah masa paling suram yang pernah terjadi di bumi. Pada tahun-tahun sebelumnya, para peramal meramalkan akan ada fenomena dahsyat yang menimpa bumi.

Opini mulai berdatangan, baik itu dari para ilmuwan yang berpikir berlandaskan hal-hal konkrit, maupun peramal supranatural yang berpikir dengan mengandalkan hal-hal abstrak.

Perbedaan opini-opini tersebut memberikan satu kesimpulan sama tentang nasib bumi di tahun 2012: kiamat dan akhir dari segala kehidupan yang ada di bumi.

***

Kabut monster bergerak mendekati Bima Sakti dengan kecepatan 240 kilometer per detik. Kabut itu mulai bergerak dengan kemiringan 450 mendekati piringan Bimasakti.

Sepertinya opini-opini mengenai nasib Bumi di tahun 2012 terbukti. Bumi akan dilanda fenomena dahsyat yang bisa mengubah peradaban para manusia. Suku Maya pernah menyatakan bahwa akhir dari kehidupan di Bumi terjadi di tahun 2012.

Saat berita itu disebarkan, hanya kepanikan yang menyelimuti kehidupan manusia Bumi. Kabut monster yang ditemukan oleh Smith bergerak semakin mendekat ke Galaksi Bima Sakti dengan pergerakan yang sangat cepat. Berbagai teori para ilmuwan mulai bermunculan. Mulai dari akan menjadi seperti apa wajah Bumi jika kabut awan itu benar-benar menabrak Bima Sakti, lalu apa yang akan terjadi pada matahari sendiri, dan yang paling parah adalah teori-teori mengenai eksistensi manusia Bumi setelah terjadinya tabrakan.

Namun dari banyak teori yang disebutkan oleh para ilmuwan, ada satu hal yang membuat manusia Bumi menjadi panik, yaitu tentang perubahan yang akan terjadi pada matahari.

Matahari, seperti halnya bintang-bintang lain juga mengalami fase hidup. Bermula dari gas nebula yang berasal dari segumpalan hidrogen yang memanas sehingga menimbulkan ledakan dalam bentuk cahaya. Ledakan ini akan berputar selama berjuta-juta tahun, untuk memulai reaksi fusi[2] dan melepaskan energi ke Planet-Planet yang terbentuk di sekitarnya.

Pergerakan kabut monster yang semakin mendekat ke Galaksi Bima Sakti bukan hal bagus untuk matahari. Kabut monster, yang pada intinya juga terdiri dari gas hidrogen bisa mempercepat kematian sebuah bintang jika terjadi tabrakan. Bintang yang tertabrak oleh kabut monster akan memuntahkan energinya, sehingga menjadi benda berwarna putih yang biasa disebut white dwarf. Pada dasarnya, white dwarf terjadi karena energi yang digunakan untuk melakukan reaksi fusi telah habis terbakar karena bertubrukan dengan kabut monster tersebut. Selanjutnya, white dwarf akan membeku lalu membentuk black dwarf. Black dwarf akan menyerap energi sekecil apapun yang ada di sekitarnya, memungkinkan untuk berevolusi menjadi sebuah Black Hole.

***

Bumi 3013

Levana menutup ensiklopedi yang dibacanya. Semua berhubungan dengan fakta mengenai tabrakan kabut monster dan galaksi Bima Sakti yang menyebabkan perubahan drastis pada Bumi, serta mempengaruhi evolusi manusia. Tabrakan kabut monster yang terjadi pada periode sekitar 2012 menyebabkan perubahan fundamental pada Bumi.

Banyak ilmuwan saat ini yang menyatakan bahwa Bumi mengalami rotasi selama 24 jam sebelum Bima Sakti tertabrak kabut monster, sehingga Bumi mengalami 2 fase waktu yang berbeda, yaitu siang dan malam. Namun sekarang Bumi diam di tempat, tidak berotasi dan hanya memiliki waktu evolusi yang begitu lama.

Setelah tabrakan dengan kabut monster itu terjadi, Matahari menjadi raksasa merah, hingga menelan planet Merkurius dan Venus. Bumi adalah salah satu planet yang berhasil selamat pada waktu itu, namun semua sistem kerja Bumi berubah drastis, begitu pula planet-planet lain yang ada di belakang Bumi.

Bumi, sebagai salah satu planet yang selamat dari tabrakan kabut monster menjadi tidak berotasi dan memiliki dua buah satelit, Bulan dan Light. Dua satelit itu beriring-iringan satu sama lain, bergerak mengelilingi Bumi. Perubahan Matahari yang semakin mengembang ini menyebabkan evolusi Bumi terhadap Matahari menjadi sangat lama, yaitu menjadi 1460 hari.

Bumi seperti terbagi menjadi 2 bagian karena tidak berotasi, bagian malam dan bagian siang.

“Putri Levana…” Sapa seseorang.

Levana menoleh, mengalihkan perhatiannya sejenak dari ensiklopedia yang dibacanya.

Dayang Istana telah memanggilnya. Itu berarti dia harus segera mempersiapkan ini itu untuk sebuah ramalan yang sama sekali tidak diinginkannya.

“Ya?”

“Ada seseorang yang ingin menemui Putri,” lanjut si dayang dengan suara sopan.

Levana mengerutkan kening. Tumben kali ini ada orang yang mau menemuinya. Biasanya jika dayang memanggil, ada hal mendadak yang harus segera dilaksanakannya. Dia harus segera meninggalkan aktifitasnya untuk segera mengikuti si dayang menuju istana utama.

“Siapa?” Levana beranjak dari kursi bulu yang saat ini didudukinya, menemui si dayang yang berada di depan kamarnya.

“Tidak menyebutkan nama.”

Levana menganggukkan kepala. “Suruh dia masuk.”

“Tapi…”

“Dia tamuku, jadi aku yang berhak untuk memperlakukan dia seperti apa,” nada suara Levana terdengar ketus.

Levana jengkel. Mendekati ulang tahun 17, dia merasa semua aktifitasnya di istana menjadi serba dibatasi. Tentang pergaulannya dengan teman-temannya di luar sana, tentang cara dia bermain, tentang tamu-tamu yang boleh mendatanginya, tentang aktifitas rutin yang wajib dilakukannya, dan tentang ramalan yang telah memilihnya itu. Semua membuatnya terasing, terpenjara di dalam penjara emas.

Si dayang menunduk dengan khidmat, dia takut mendengar suara Levana yang sedikit meninggi itu. Akhir-akhir ini, Putri Levana menjadi sering uring-uringan tidak jelas, dan itu membuat para dayang istana kesusahan.

Beberapa saat kemudian, seseorang mengetuk pintu kamar Levana.

“Masukkkk!!” Suara Levana masih menyisakan rasa jengkelnya. Dia berkutat lagi dengan buku tebal kesayangannya.

“Suaramu ketus sekali!” Protes si tamu.

Levana mengalihkan pandangannya, dari buku yang dipegangnya ke tamu yang saat ini menuju ke arahnya. Dia menahan nafas untuk sementara, mengamati sosok yang sudah tidak asing lagi di matanya itu, lalu memekik dengan suara tertahan.

“Taemin!!”

Laki-laki itu tertawa penuh kemenangan, “Kejutan!” Serunya penuh kemenangan.

Levana segera meloncat dari tempatnya berdiri, memeluk laki-laki itu sambil sesekali melampiaskan rasa kesalnya.

Bagaimana bisa sahabatnya sejak kecil itu ikut-ikutan menjauhinya dan tidak pernah berkunjung lagi ke istana. Levana sudah cukup tertekan dengan pandangan sinis teman-teman sekelasnya yang berubah membencinya saat Levana memutuskan untuk berhenti sekolah gara-gara ramalan itu. Teman-teman Levana menganggap Levana sombong, menganggap Levana hanya mau bergaul dengan kalangan ningrat dari kerajaan lain, menganggap Levana tidak lebih dari seorang Putri yang hanya pilih-pilih teman dalam bergaul.

Levana sedih, bagaimana bisa teman-temannya menilai dirinya hanya sedangkal itu. Levana tidak seperti itu. Jika boleh memilih, Levana lebih memilih untuk tetap menjadi manusia biasa, yang tidak terikat oleh ramalan sialan itu. Taemin, sahabat yang sudah berkutat dengannya selama 16 tahun lebih tiba-tiba lenyap begitu saja tanpa memberikan kabar jelas padanya. Dan kali ini, dia muncul lagi dengan segala perubahan yang ada padanya. Dia bertumbuh, dia bukan Taemin konyol yang dia kenal dulu. Otot Taemin membesar, lengannya kokoh, rahangnya mengeras tegas, rambutnya memanjang dipotong rapi dan diikat ke belakang, memberikan kesan gentle pada laki-laki yang dulu suka cengengesan itu.

“Jangan menatapku seperti itu,” Taemin menoyor kepala Levana.

Levana tersenyum. Walaupun Taemin berubah seperti apapun, Taemin masih tetap seperti Taemin yang dulu.

Suasana mendadak hening.

“Maaf… ramalan itu…” kalimat itu meluncur secara bersamaan dari bibir mereka berdua.

“Jadi…” tebak Levana.

“Kamu juga?” tambah Taemin tidak percaya.

“Oke, ceritakan padaku tentang semua ini. Aku akan menceritakan padamu tentang fakta-fakta dan kisah-kisah yang wajib kamu tahu.” Levana menyerah.

“Kamu harus menceritakan semua ini terlebih dahulu.” Taemin tidak mau kalah.

Levana menghela nafas panjang. Tatapannya menerawang, dan dia mulai menceritakan sebuah fakta yang baru saja dibacanya. Yaitu tentang Bumi masa lalu, dan evolusi yang berkenaan dengan manusia…

“Sebelum tabrakan dengan kabut monster itu terjadi, Bumi berotasi selama 24 jam dan berevolusi selama 365/366 hari. Namun semuanya berubah setelah tabrakan itu terjadi, menyebabkan bumi tidak berotasi lagi. Selain itu, Bumi berevolusi dengan lama 4 kali lipat dari waktu sebelum tabrakan terjadi. Karena tidak berotasi, Bumi seperti terbelah menjadi 2 bagian, yaitu bagian petang dan terang.

Bumi bagian terang menghasilkan manusia evolusi seperti kita. Kita tidak jauh beda dengan manusia-manusia bumi sebelum tabrakan terjadi. Hanya saja, ujung daun telinga kita menjadi sedikit melancip, seperti daun telinga kurcaci yang ada di dalam dongeng-dongeng masa lalu.

Bumi bagian gelap menghasilkan makhluk-makhluk mengerikan penghisap darah. Dengan wajah tirus, beraroma anyir, berkuku hitam dan seolah hanya terdiri dari tulang belulang kerontang. Makhluk-makhluk bertaring panjang dengan kemampuan luar biasa yang akan menghisap darah-darah para manusia dari wilayah terang. Makhluk kegelapan bersayap yang biasa disebut-sebut sebagai Lucifer. Manusia bumi masa lalu menyebut mereka sebagai Vampire. Para Lucifer tidak segan-segan memasuki wilayah terang untuk memenuhi nafsu haus mereka akan darah, dan menjadikan manusia sebagai salah satu anggota bumi wilayah gelap. Para Lucifer memperbanyak para penghisap darah yang akan hidup kekal selamanya di dalam kegelapan…”

So?” Taemin menyela.

“Yang kuceritakan ini berhubungan dengan nasib yang akan menyertai ramalan kita,” Levana jengkel, ceritanya yang belum selesai dipotong begitu saja oleh Taemin.

Levana melanjutkan ceritanya setelah Taemin memilih diam dan mencoba untuk menjadi pendengar yang baik.

“Ada 5 istana yang berdiri di wilayah terang, meliputi istana Utara, istana Selatan, istana Barat, istana Timur, dan istana Central yang berada di tengah-tengah keempat istana itu. Masing-masing istana memiliki sebuah menara bercat hitam di tiap gerbang.

Pada dasarnya, kelima istana tersebut merupakan sebuah tameng yang dijadikan untuk menghalangi para Lucifer yang semakin membabi buta. Jika titik-titik dari kelima menara hitam itu digabungkan, maka akan terbentuk sebuah garis persegi empat berwarna merah yang hanya bisa dilihat oleh para Lucifer dan juga para pemilik ramalan.” Jelas Levana panjang lebar.

Taemin mencerna tiap kata-kata yang keluar dari bibir gadis itu.

“Aku dari istana Central, dan kamu dari istana Selatan.” Kata Levana akhirnya.

“Berarti, masih ada pemilik ramalan lain dari ketiga istana?”

Levana menganggukkan kepala. “Ada saatnya mereka akan dipertemukan dengan kita. Menurut buku istana yang aku baca, ramalan ini berpindah tangan tiap 100 tahun sekali. Kita adalah generasi ke 404.” Jawabnya. “Beberapa hari lagi usiaku genap 17 tahun, dan saat itulah semua beban berat akan ditangguhkan padaku. Kamu juga, kan?”

“Kamu tahu, awalnya aku tidak percaya saat Raja Istana Selatan memberitahukan hal ini padaku. Rasanya seperti tertindih batu berat yang tidak bisa kuangkat sebelum tugas yang dibebankan padaku selesai.” Taemin menghela nafas.

Semua bayangan masa lalu berkelebat di otaknya. Saat ayahnya, Raja Istana Selatan memanggilnya ke dalam menara hitam. Sang Ayah menceritakan semuanya secara gamblang padanya, bahwa Taemin adalah salah satu pemilik ramalan yang akan meneruskan perjuangan para pemilik ramalan sebelumnya, untuk mendapatkan pedang bermata biru yang tersembunyi di wilayah bumi gelap. Pedang itu adalah satu-satunya pedang yang bisa membunuh para Lucifer dan membuatnya tidak bisa kembali lagi ke bumi. Pedang yang harus didapatkan setelah melewati Lembah Api dan Lautan Es yang menjadi garis pembatas antara bumi terang dan bumi gelap.

Setelah ramalan itu memilihnya, Taemin harus diisolasi. Semua tindakannya harus benar-benar dijaga. Taemin harus benar-benar dipersiapkan untuk menghadapi tugas yang diembankan padanya itu. Pemilik ramalan sebelumnya gagal mendapatkan pedang itu. 3 diantaranya tertangkap Lucifer, dan saat ini menjadi salah satu bagian dari mereka. Sedangkan 2 lainnya memilih mengakhiri hidupnya di Jurang Kematian setelah putus asa karena gagal mendapatkan pedang bermata biru itu.

“Taemin… Kamu baik-baik saja, kan?” Levana mengibaskan tangannya di depan wajah Taemin. Taemin melamun, memikirkan sesuatu yang tidak diketahui Levana. Sesuatu yang sangat berat tentunya, hingga membebani pikiran Taemin saat ini.

“Aku hanya memikirkan tentang ramalan itu, Levan. Bagaimana bisa ramalan itu jatuh menimpaku? Memilihku yang tidak tahu apa-apa ini!” Taemin jujur.

Levana menghembuskan nafas panjang, nafas yang tidak kalah berat. Awalnya dia juga berpikir seperti itu. Awalnya dia juga tidak terima dengan hal-hal itu. Awalnya dia merutuki ramalan bodoh yang lebih memilih dirinya daripada saudara-saudaranya yang lain. Awalnya dia juga tidak percaya pada waktu Raja Central memanggilnya ke menara hitam, dan memberitahukan hal itu pada dirinya.

Namun semua tidak bisa dirubah begitu saja. Dia sadar bahwa ramalan itu adalah sekelumit dari takdir yang harus dijalaninya.

“Apa yang terjadi jika aku tidak mau menerima tugas ini, Levan?”

Levana menelan ludahnya. Dia tidak menyangka Taemin akan bertanya seperti itu padanya, “Pertanyaanmu tidak serius, kan?”

Taemin memainkan bibirnya, lalu menatap Levana dalam-dalam, “Aku serius.”

“Jika kamu meninggalkan tugas ini sebelum kamu menjalaninya, menara hitam yang ada di kerajaanmu akan hancur. Kamu tahu sendiri, kan, bagaimana jika salah satu dari menara hitam hancur? Para Lucifer bisa dengan bebas menjamah wilayah bumi terang. Kita akan dibantai habis-habisan, dijadikan salah satu bagian dari mereka. Kejahatan ada di mana-mana, dan tidak ada lagi manusia yang bisa hidup…”

Semua cukup jelas bagi Taemin. Dia tidak bisa meninggalkan tugas ini begitu saja. Seharusnya, dia lebih berani daripada Levana yang hanya seorang gadis manja itu. Seharusnya dia lebih berani daripada Levana yang selalu bersembunyi di balik punggungnya jika diganggu oleh teman laki-lakinya itu. Seharusnya dia menjalankan tugas itu dengan sungguh-sungguh, mendapatkan pedang itu sekaligus menjaga Levana…

Taemin yakin, Levana lebih tidak siap dibandingkan dirinya.

“Kapan pemilik ramalan lain akan dipertemukan dengan kita?” Tanya Taemin kemudian.

Levana menggelengkan kepala. “Mungkin setelah ulang tahun kita. Pada dasarnya, pemilik ramalan yang terpilih memiliki tanggal dan bulan lahir yang sama, serta usia yang juga sama. Jadi, kita akan dilepas untuk menjalankan tugas itu bersama-sama.”

Taemin beranjak dari tempat duduknya, “Biar bagaimanapun, aku yang akan menjagamu. Aku berjanji, kita pasti bisa mendapatkan pedang bermata biru itu, dan menghunuskannya ke jantung Lucifer.”

***

Levana berdiri menghadap cermin besar yang ada di dekat tempat tidurnya. Dia memandangi punggungnya sejenak. Sepasang sayap kecil berwarna putih bersih mencuat dari balik punggungnya.

“Sudah muncul.” Pikir Levana, lemas.

Jika sepasang sayap di punggungnya telah terbentuk sempurna, berarti tugasnya untuk mencari pedang bermata biru itu akan semakin dekat. Dia harus siap mengorbankan nyawanya untuk orang lain. Dia harus rela mati jika ada kemungkinan buruk yang menimpa perjalanannya, seperti pemilik ramalan sebelumnya.

***

Taemin menghadap cermin yang ada di dekat kamar mandi Istana Selatan. Dia meraba-raba punggungnya berkali-kali. Sepasang sayap putih mencuat dari punggung tegapnya itu. Sayap putih yang akan membesar sewaktu-waktu.

“Sayap ini yang akan ikut berjuang bersamaku.”

***

Raja Theodora duduk di singgasananya di Istana Central. Sore itu, dia sengaja memanggil raja-raja dari keempat Istana lain. Memastikan kalau semua pemilik ramalan sudah benar-benar dipersiapkan untuk mengemban tugas berat itu.

Awalnya, dia begitu terpukul saat mengetahui bahwa Levanalah yang terpilih, bukan putra pertamanya yang jelas-jelas lebih memiliki potensi daripada Levana. Namun, takdir berkata lain. Ramalan itulah yang telah memilih, bukan dirinya yang hanya bertugas mempertahankan menara hitam untuk tetap berdiri kokoh.

Raja Theodora memandangi keempat tamunya; Raja Minho dari Istana Selatan, Raja Gregori dari Istana Utara, Raja Frizy dari Istana Barat, dan Raja Eleora dari Istana Timur.

Beliau tampak memikirkan sesuatu, menyusun kalimat yang cocok untuk diucapkan pada keempat sahabatnya itu.

Beliau berdehem sebentar, lalu, “Keempat sahabatku. Pastinya kalian sudah tahu kenapa kalian saya kumpulkan di Istana Central ini. Semua serba mendadak, berhubungan dengan pilihan yang jatuh pada pemilik ramalan itu. Tentang anak-anak kita…”

Keempat raja lain memperhatikan dengan seksama tanpa berkata sepatah katapun.

“Kapan kita akan mempertemukan mereka berlima? Ulang tahun mereka sebentar lagi.” Raja Theodora menghela nafas sejenak, “Selain itu, sayap di punggung Putri Levana sudah bertumbuh. Saya yakin semua pemilik ramalan juga mengalami hal yang sama.”

Reaksi keempat raja-raja itu berbeda-beda. Ada yang mengerutkan kening sedalam-dalamnya, ada yang mengelus-elus janggutnya, ada yang memelintir kumis panjangnya yang menjuntai, dan ada juga yang diam tanpa ekspresi.

“Cepat atau lambat, mereka pasti akan dipertemukan, dan tugas itu akan segera dijalankan. Cepat atau lambat, kita pasti akan segera mengantarkan kepergian mereka ke wilayah bumi gelap.” Sambut Raja Gregori.

Raja-raja lain menganggukkan kepala. Mengerti.

Mereka harus merelakan itu semua.

***

“Kenapa kita dikumpulkan di menara Istana Central?” Taemin bersungut-sungut.

Levana angkat bahu.

Dua hari setelah pertemuan besar kelima Raja, sepasang sayap Taemin dan Levana semakin bertumbuh. Sayap-sayap itu sudah tidak dapat ditutup-tutupi dengan pakaian lagi.

3 orang sebaya mereka datang setelah kedatangan Taemin, 2 laki-laki dan satu perempuan.

“Sepertinya, para pemilik ramalan dikumpulkan hari ini. Lihat saja mereka bertiga, punggung mereka terlihat aneh. Pasti ada sayap yang tersembunyi di balik punggung itu.” Bisik Levana pada Taemin.

Dugaan Levana benar. Mereka bertiga adalah pemilik ramalan dari Istana Utara, Istana Barat, dan Istana Timur.

Fidrick, dari Utara. Elisabeth dari Barat, dan George dari Timur.

Perut Levana serasa diaduk-aduk. Memang, beberapa hari sebelum ini Levana sempat membesarkan hati Taemin yang sempat kehilangan rasa percaya diri. Namun sekarang, dia menjadi pesimis saat dihadapkan pada kenyataan. Perkenalan dengan pemilik ramalan yang lain berarti kepergian dia dan Taemin dari bumi wilayah terang akan semakin dekat.

“Tenang. Jangan gugup seperti itu. Aku sudah berjanji bahwa aku akan menjagamu dan akan mendapatkan pedang bermata biru itu. Kita akan berjuang bersama ketiga teman kita yang lain.” Taemin menggenggam jemari Levana, merematnya, mengikrarkan sebuah janji yang harus dia tepati.

Kelima pemilik ramalan itu berkumpul di dalam menara hitam Istana Central, menjalin komitmen untuk mendapatkan pedang bermata biru itu, demi kelangsungan hidup para manusia dan demi memusnahkan para Lucifer, walaupun harus melewati Lembah Api dan Lautan Es, serta menjelajahi hutan berpohon besar yang melindungi garis pengaman berwarna merah di sekitar Istana.


[1] Dinyatakan dari universitas Leiden, Belanda.

[2] Penggabungan reaksi atom dari hydrogen menjadi helium.